Halo!
Selamat malam semua! (setidaknya di tempat saya ketika menulis ini.)
Kali
ini ingin mencoba sesuatu yang berbeda dengan menulis menggunakan Bahasa
Indonesia (semoga baik dan benar), ya masih dicampur sedikit sih dengan Bahasa
Inggris. Bukannya tidak pernah menulis seperti ini, tapi jarang. Dan ngga tau
kenapa saya lebih percaya diri menulis dalam Bahasa Inggris, mungkin karena
sudah terbiasa. Jadi, kali ini ingin mencoba sesuatu yang baru dan biar terbiasa juga, walaupun ide
tulisannya tidak baru yaitu review atau
pengutaraan opini seperti yang biasa saya tulis disini.
Dimulai saja ya.
Semoga
tidak terlalu mengecewakan!
Jadi
beberapa hari ini saya memiliki kesempatan untuk menyelesaikan empat buku. Ya,
empat buku! Hanya dalam kurun waktu kurang dari satu minggu yang merupakan
sebuah rekor untuk saya. Ke empat buku ini memiliki tema yang kurang lebih sama
yaitu ‘romance’.
Buku-buku
yang saya baca adalah The Longest Ride
oleh Nicholas Sparks, Dilan 1990, Dilan 1991 dan Milea oleh Pidi Baiq. Belakangan ini saya suka merasa skeptis
ketika membaca buku dengan tema percintaan, bahkan cenderung malas. Entah
kenapa. Padahal dulu bacaan cinta-cintaan sudah seperti makanan setiap hari
karena sering banget baca Teenlit dan cerita-cerita roman lainnya. Bisa
dikatakan, I’m a sucker for that kind of
stories. Tapi sekarang, terkadang suka berpikir saja kalau hal yang
diceritakan itu tidak mungkin terjadi atau ada; sebagai contoh, mana mungkin ada orang
sebaik, seromantis dan memiliki perasaan yang begitu kuat terhadap seseorang.
Tapi, saya sadar akan penilaian dimana saya terlalu banyak berpikir mengenai
apa yang mungkin dan tidak mungkin itu tidak seharusnya ditancapkan di dalam
otak saya ketika membaca karena hanya membuat pandangan saya menjadi sempit. Kalau mau cari sesuatu yang pasti ada, mendingan baca buku pelajaran aja! Ya ngga? (This is me, talking to myself). Yang harus saya lakukan adalah menikmati ceritanya
dan meresap berbagai pelajaran yang dapat diambil.
Well, now I’m back on
track! Selama membaca
ke empat buku ini, rasa keinginan saya akan membaca yang beberapa saat sempat
menghilang sekarang sudah kembali. Hampir lupa rasanya betapa menyenangkannya
membaca, menjadi orang lain dan hidup di suatu cerita.
Oke,
itu sedikit awalan kenapa saya membaca buku-buku ini. Jadi dikesempatan ini
saya ingin menyampaikan pendapat saya mengenai buku-buku roman yang telah saya
baca.
source: amazon.com |
Yang
pertama adalah The Longest Ride oleh Nicholas
Sparks. Sepertinya Nicholas Sparks tidak butuh lagi pengenalan karena jika kamu
menyukai cerita-cerita cinta, buku-buku Nicholas Sparks pasti menjadi salah
satu juaranya! Sebut saja The Notebook,
A Walk to Remember, The Best of Me, The Last Song dan masih banyak lainnya. Setidaknya jika kamu belum
pernah membaca bukunya, paling tidak sudah pernah menonton film adaptasinya.
Buku The Longest Ride sendiri
diterbitkan pada tahun 2013 dan menceritakan dua kisah roman antara Ira dan
Ruth; serta Luke dan Sophia. Singkatnya, buku ini menceritakan sejarah cinta
antara Ira dan Ruth dimana mereka menghabiskan waktu ber puluh-puluh tahun
bersama menghadapi berbagai rintangan dalam hubungan mereka, namun mereka
percaya bahwa rasa cinta yang mereka miliki lebih besar dari semuanya. Dalam
buku ini juga diceritakan roman antara Luke dan Sophia, yaitu pasangan muda yang
memiliki berbagai perbedaan namun memiliki rasa cinta yang sama besarnya. Kita
akan dibawa kedalam dunia dimana kita dapat melihat bahwa cinta itu sederhana
dan pasangan kitalah yang membuatnya semuanya terasa indah. Setelah baca buku
ini dijamin deh kamu bakal ngerti akan rasanya pengorbanan. Kebetulan saya
sudah menonton film adaptasi The Longest
Ride juga dan ada salah satu quote
yang saya suka disana yang dikatakan oleh Ira kepada Ruth ketika mereka sedang
bertengkar, “I love you so much and I just want you to be happy. Even if that
happiness no longer includes me.” Sangat selfless ya! Sesederhana itu. Walaupun
pasti itu sulit. Pokoknya cerita cinta yang digambarkan oleh Nicholas Sparks
melalui Ira dan Ruth; serta Luke dan Sophia itu bikin kamu pengen punya
seseorang yang bisa dijadikan sebagai teman hidup!
source: google image |
Buku-buku
selanjutnya saya satukan jadi satu saja ya, karena buku ini adalah series dan
ceritanya menyambung jadi pendapat saya juga digabung aja biar gak terlalu
bertele-tele. Buku dan film ini lagi booming banget nih. Kamu, para muda-mudi,
atau gak terlalu muda (seperti saya), pasti sudah mendengar tentang buku Dilan karya Pidi Baiq, dengan jargonnya
yang terkenal, “Jangan rindu, itu berat. Biar aku saja.” Pada awalnya saya
tidak terlalu tertarik membaca buku ataupun melihat filmnya. Alasannya seperti
yang sudah disebutkan di atas, masih agak skeptis mengenai cerita-cerita ini.
Tapi, setelah melihat banyak review dan juga besarnya antusias banyak orang
untuk melihat filmnya, saya terdorong rasa penasaran dan pada akhirnya saya
berkesempatan untuk menonton filmnya. Setelah menonton filmnya, saya hanya bisa
bilang, Manis! Duh, cinta SMA yang digambarkan itu begitu manis, lucu dan bikin
senyum-senyum sendiri. Di beberapa adegan banyak sekali remaja-remaja di
belakang saya teriak karena moment-moment tertentu, mungkin kalau saya gak
inget umur akan teriak seperti itu juga kali ya.
source: google image |
Nah
dari situ, saya penasaran untuk membaca bukunya. Dan surprisingly, menurut saya, ceritanya tidak terlalu berbeda. Tambah
spoiler jangan? (gaya bicara Dilan). Spoiler aja ya. Intinya, Dilan 1990 dan Dilan
1991 diceritakan dari sudut pandang tokoh utama wanitanya, yaitu Milea. Milea
menceritakan rollercoaster hubungannya
dengan Dilan, dan betapa serunya hubungannya dengan Dilan walaupun dibilang
cukup singkat tapi bisa melekat sampai saat ini. Di dua buku tersebut, Milea
menceritakan betapa uniknya Dilan, masa-masa pedekate, dan berpacaran mereka
yang seru dan juga masa-masa berpisahnya. Saya hampir menyesal bacanya ketika
tahu mereka akhirnya gak sama-sama. Tapi ya memang hidup seperti itu, Pidi Baiq
secara tidak langsung memberikan pesan bahwa yang kita inginkan tidak selamanya
bisa terjadi (setidaknya itu yang saya dapat). Nah, di buku Milea: Suara Dari Dilan diceritakan
cerita hubungan Milea dan Dilan melalui sudut pandang Dilan. Pada akhirnya,
Dilan dan Milea tidak berakhir bersama (sedih, I ship them real hard) dan mereka sudah menemukan kebahagiaan
mereka masing-masing bersama pasangan-pasangan baru mereka. Tetapi mereka tidak
melihat hubungan mereka sebagai sebuah penyesalan, tetapi sebagai sesuatu yang
berharga dan memang pantas untuk dikenang. Mereka memang bukan Edward Cullen
dan Bella Swan yang akhirnya bisa hidup bahagia selamanya, tapi banyak hal yang
bisa kita pahami mengenai sebuah hubungan dan rasa cinta. Manis deh pokoknya! Awalnya
saya ingin bilang, gak mungkin ada orang kayak Dilan dan juga Milea, tapi ya
nyatanya mereka ada. Itu jadi sebuah cerminan seperti kata Ayah Pidi Baiq, “Cinta
itu indah. Jika bagimu tidak, mungkin karena salah pilih pasangan.” Nyeleneh.
Tapi bener juga.
source: google image |
Jadiiii,
intinya baca aja deh ke-empat buku diatas yang saya sebutkan. Dijamin kamu akan
baper dan merasa hangat membaca cerita-cerita mereka. Kalau nanya buku-buku
diatas worth it untuk dibaca apa
ngga? Jawabannya pasti iya! Buku-buku itu bisa dibaca sebagai teman penghibur dengan
cerita-cerita yang manis dan pastinya membuat ingin jatuh cinta! (entah sama
siapa haha).
Udah
itu aja buat review kali ini. Maaf
kalau terlihat agak kaku, karena salah satu post pertama dengan gaya seperti ini, hehe.
There is always a first time for
everything, kan?
Tunggu
aku kembali untuk review lainnya!
Comments
Post a Comment